top of page

Mengelola Keuangan dalam Bisnis Franchise


Pengantar Model Bisnis Franchise 

Bisnis franchise itu sebenarnya konsep yang cukup simpel, tapi bisa jadi peluang besar kalau dikelola dengan benar. Franchise adalah sistem bisnis di mana pemilik merek (franchisor) memberikan izin kepada pihak lain (franchisee) untuk menjalankan usaha dengan merek, sistem, dan standar yang sudah ditentukan. Jadi si franchisee tinggal ikutin aturan mainnya saja, nggak perlu mulai dari nol.

 

Contohnya, kamu pasti kenal brand seperti KFC, Indomaret, atau Kopi Janji Jiwa. Nah, beberapa dari mereka itu berkembang lewat sistem franchise. Jadi kalau kamu lihat banyak gerai dengan merek yang sama di berbagai kota, bisa jadi itu adalah milik para franchisee yang beda-beda, tapi semuanya tetap mengikuti aturan dan standar dari pusat.

 

Model bisnis seperti ini cocok banget buat orang yang pengin punya usaha tapi nggak mau repot bangun brand dari awal. Dengan franchise, kamu udah dapat "paket lengkap" berupa nama yang sudah dikenal, produk yang udah teruji, pelatihan karyawan, sistem operasional, sampai strategi pemasarannya. Jadi tinggal jalanin sesuai panduan.

 

Tapi meskipun terlihat gampang, tetap saja bisnis franchise itu butuh pengelolaan keuangan yang serius. Soalnya walaupun kamu bawa nama besar, tetap saja itu bisnis kamu sendiri, dan kamu yang tanggung untung ruginya.

 

Biasanya dalam franchise, ada biaya awal yang harus dibayar ke franchisor. Ini disebut franchise fee, semacam “uang muka” buat dapat hak menjalankan bisnisnya. Selain itu, ada juga biaya royalti yang dibayar rutin, biasanya setiap bulan, dari persentase penjualan kamu. Nah, semua biaya ini harus dipikirin matang-matang sebelum mulai, supaya nggak kaget di tengah jalan.

 

Selain biaya ke franchisor, kamu juga harus siapin modal buat sewa tempat, renovasi, beli peralatan, stok barang, gaji karyawan, dan biaya operasional lainnya. Ini penting banget dicatat dan dihitung supaya cash flow kamu tetap sehat. Banyak bisnis franchise yang kelihatannya ramai tapi ternyata rugi karena biaya operasionalnya lebih besar dari pemasukan.

 

Intinya, franchise memang bisa jadi pilihan usaha yang menjanjikan karena sudah punya sistem yang terbukti berhasil. Tapi kamu tetap harus ngerti model bisnisnya dulu, biar bisa kelola keuangan dengan bijak. Jangan cuma tergiur karena lihat orang lain sukses dengan franchise, tapi pahami juga kewajiban, biaya, dan cara kerjanya.

 

Jadi sebelum kamu memutuskan untuk ambil franchise, pastikan kamu tahu:

- Apa saja hak dan kewajiban kamu sebagai franchisee

- Berapa biaya yang harus dikeluarkan di awal dan secara rutin

- Sistem kerja dan standar yang harus diikuti

- Dan yang paling penting, apakah model bisnisnya cocok dengan kemampuan dan minat kamu

 

Kalau semuanya sudah kamu pelajari dan siapkan dengan matang, bisnis franchise bisa jadi salah satu cara paling realistis untuk mulai usaha tanpa harus memulai dari nol. Tapi tetap, kunci utamanya ada di bagaimana kamu mengelola keuangannya dengan baik dari awal.

 

Struktur Keuangan dalam Bisnis Franchise 

Kalau kamu tertarik menjalankan bisnis franchise, penting banget buat ngerti gimana struktur keuangan di dalamnya. Soalnya, bisnis franchise itu punya sistem dan aturan main yang agak beda dibanding buka usaha sendiri dari nol. Jadi sebelum terjun, kita harus tahu ke mana aja aliran uangnya, apa aja biaya yang harus dibayar, dan gimana cara mengelola keuangan biar bisnis tetap sehat.

 

Secara sederhana, struktur keuangan dalam bisnis franchise itu mencakup pemasukan, pengeluaran, dan sistem pembayaran antara pemilik franchise (franchisor) dan mitra bisnis (franchisee). Nah, mari kita bahas satu per satu dengan bahasa yang gampang dipahami.

 

1. Biaya Awal (Initial Fee)

 

Biasanya, di awal kita harus bayar biaya lisensi atau "initial fee" ke franchisor. Biaya ini dibayar sekali aja di awal, dan fungsinya buat dapetin hak memakai merek, sistem bisnis, dan dukungan dari franchisor. Besarnya beda-beda, tergantung merek dan bidang bisnisnya. Misalnya franchise makanan cepat saji bisa puluhan juta bahkan ratusan juta.

 

2. Biaya Royalti

 

Setelah usaha jalan, biasanya kita harus bayar biaya royalti setiap bulan. Ini semacam “uang terima kasih” ke franchisor karena sudah kasih hak pakai brand dan sistem. Besarnya biasanya dalam bentuk persentase dari omzet, misalnya 5% atau 10% dari total penjualan bulanan.

 

3. Biaya Promosi dan Pemasaran

 

Banyak franchise juga minta mitranya buat ikut bayar biaya promosi. Biasanya ini dikumpulkan dari semua franchisee, lalu dipakai buat iklan bareng. Ini penting karena bisa bantu naikin popularitas brand dan menarik pelanggan.

 

4. Investasi Awal

 

Selain biaya ke franchisor, kamu juga butuh dana buat bangun tempat usaha, beli peralatan, stok barang, dan perekrutan karyawan. Semua ini masuk ke dalam investasi awal yang harus kamu siapkan. Jangan lupa juga ada biaya sewa tempat, listrik, air, dan operasional lainnya.

 

5. Proyeksi Laba Rugi

 

Sebagai pemilik franchise, kamu perlu nyusun proyeksi keuangan—berapa pemasukan yang diperkirakan, berapa pengeluaran rutin, dan kapan kira-kira bisa balik modal. Ini penting banget buat tahu apakah bisnis yang kamu jalankan ini menguntungkan atau malah bikin nombok.

 

6. Pembagian Tanggung Jawab Keuangan

 

Dalam franchise, biasanya ada pembagian peran yang jelas. Franchisor ngurus sistem, pelatihan, dan branding. Sementara franchisee bertanggung jawab atas biaya operasional harian, gaji karyawan, dan pengelolaan kas. Jadi, struktur keuangan juga tergantung dari pembagian tanggung jawab ini.

 

7. Pengawasan dan Laporan Keuangan

 

Franchisor biasanya minta laporan penjualan dan keuangan secara rutin. Ini buat memastikan standar dan sistem tetap dijalankan dengan baik. Jadi sebagai franchisee, kamu harus punya sistem pencatatan keuangan yang rapi, supaya bisa kasih laporan dengan akurat.

 

Struktur keuangan dalam bisnis franchise memang sudah lebih tertata dan sistematis, tapi kamu tetap harus pintar-pintar mengatur cash flow dan memahami kewajiban keuanganmu. Jangan cuma fokus ke untungnya aja, tapi juga harus ngerti tanggung jawab dan biaya-biaya yang muncul selama perjalanan bisnis. Dengan begitu, kamu bisa menjalankan bisnis franchise dengan lebih siap dan mantap.

 

Biaya Awal dan Royalti dalam Bisnis Franchise 

Kalau kamu pernah kepikiran untuk buka usaha franchise, seperti kedai kopi, fried chicken, atau laundry, pasti pernah dengar soal biaya awal dan royalti. Nah, dua hal ini penting banget untuk dipahami sebelum kamu terjun ke dunia franchise. Supaya keuangan bisnismu tetap sehat dan nggak kaget di tengah jalan, yuk kita bahas bareng-bareng dengan bahasa yang gampang dimengerti.

 

1. Apa sih biaya awal itu?

 

Biaya awal (franchise fee) adalah uang yang harus kamu bayarkan di awal ketika kamu mau bergabung dengan suatu brand franchise. Ibaratnya kayak kamu beli “hak” untuk pakai nama, sistem, dan dukungan dari bisnis yang udah dikenal orang. Jadi kamu nggak mulai dari nol. Misalnya, kalau kamu mau buka franchise minuman kekinian, kamu tinggal bayar biaya awal, dan biasanya langsung dapat pelatihan, perlengkapan awal, sampai panduan cara menjalankan usahanya.

 

Besarnya biaya awal ini beda-beda, tergantung mereknya. Ada yang cuma belasan juta, tapi ada juga yang sampai ratusan juta, apalagi kalau brand-nya udah besar dan terkenal. Jadi, penting banget untuk hitung-hitungan dari awal. Pastikan biaya itu sesuai dengan modal yang kamu punya dan proyeksi penghasilan yang bisa kamu dapat.

 

2. Lalu, royalti itu apa?

 

Nah, selain biaya awal, kamu juga harus siap dengan yang namanya royalty fee. Ini adalah biaya berkala yang harus kamu bayar ke pemilik franchise (franchisor). Biasanya dibayar setiap bulan dan dihitung dari persentase penjualan. Misalnya, kalau dalam sebulan kamu dapat omzet Rp100 juta, dan royalti yang diminta 5%, berarti kamu harus bayar Rp5 juta ke franchisor.

 

Royalti ini ibarat biaya “langganan” kamu untuk tetap bisa pakai nama brand dan sistem mereka. Uangnya bisa dipakai untuk biaya promosi nasional, pembaruan sistem, atau dukungan operasional. Tapi, karena sifatnya rutin, kamu harus pandai mengelola arus kas supaya nggak keteteran bayar royalti setiap bulan.

 

3. Kenapa penting untuk tahu dua hal ini?

 

Karena kalau kamu nggak memperhitungkan biaya awal dan royalti dengan baik, bisa-bisa usahamu rugi atau malah gagal balik modal. Jangan cuma lihat keuntungan yang dijanjikan, tapi lihat juga semua kewajiban finansial yang harus kamu tanggung.

 

Bikin rencana keuangan yang matang dari awal. Hitung modal awal, estimasi pengeluaran bulanan, dan berapa lama kira-kira kamu bisa balik modal. Jangan lupa juga tanyakan dengan jelas ke franchisor soal apa saja yang termasuk dalam biaya awal dan apa manfaat dari bayar royalti rutin.

 

4. Tips mengelola biaya ini dengan bijak

 

- Pilih franchise yang sesuai dengan kemampuan modal kamu.

- Pahami dengan jelas isi kontrak, terutama soal royalti dan biaya tambahan lainnya.

- Catat semua pemasukan dan pengeluaran dengan rapi.

- Sisihkan dana cadangan untuk bayar royalti, jangan langsung habiskan semua keuntungan.

 

Strategi Pengelolaan Arus Kas dalam Franchise 

Mengelola arus kas (cash flow) itu penting banget, apalagi buat kamu yang menjalankan bisnis franchise. Meskipun bisnis franchise udah punya sistem yang terbukti jalan dan brand yang dikenal, bukan berarti pengelolaan keuangannya bisa dibiarkan begitu aja. Tanpa pengaturan arus kas yang baik, bisnis bisa jalan di tempat bahkan bisa rugi.

 

Nah, arus kas ini simpel aja artinya—uang yang masuk dan keluar dari bisnismu. Uang masuk bisa dari penjualan, investasi, atau pinjaman. Sedangkan uang keluar biasanya buat bayar gaji karyawan, sewa tempat, beli bahan baku, bayar royalti ke pemilik franchise, dan biaya operasional lainnya.

 

Berikut beberapa strategi sederhana yang bisa kamu pakai buat ngatur arus kas di bisnis franchise kamu:

 

1. Bikin Perencanaan Arus Kas

Langkah pertama, kamu harus bikin rencana arus kas. Catat perkiraan uang yang masuk dan keluar tiap bulannya. Dengan begitu, kamu bisa tahu kapan akan butuh dana lebih, kapan bisa nabung, dan kapan bisa investasi buat ngembangin bisnis.

 

2. Pisahkan Keuangan Pribadi dan Bisnis

Ini kesalahan yang sering banget kejadian. Kadang uang bisnis dipakai buat kebutuhan pribadi, akhirnya keuangan jadi nggak jelas. Jadi, pastiin kamu punya rekening bisnis sendiri dan jangan dicampur sama uang pribadi.

 

3. Pantau Penjualan dan Pengeluaran Setiap Hari

Jangan nunggu akhir bulan buat cek keuangan. Setiap hari, coba catat berapa pemasukan dan pengeluaran. Bisa pakai aplikasi kas sederhana atau catatan manual, yang penting konsisten. Ini bantu kamu tahu kalau ada pengeluaran yang nggak perlu atau penjualan yang menurun.

 

4. Kelola Stok dengan Bijak

Kalau kamu terlalu banyak nyetok barang, uangmu bisa keikat di sana. Tapi kalau terlalu sedikit, bisa kehilangan pelanggan. Jadi, atur stok dengan seimbang. Cek barang mana yang cepat laku dan mana yang jarang keluar biar stok nggak mubazir.

 

5. Negosiasi dengan Pemasok

Kalau kamu bisa dapat waktu pembayaran yang lebih fleksibel dari pemasok, itu bisa bantu arus kas kamu. Misalnya, bisa bayar 30 hari setelah barang datang, berarti kamu punya waktu lebih buat ngumpulin uang dari penjualan.

 

6. Sisihkan Dana Darurat

Punya dana darurat penting banget. Karena kadang ada pengeluaran tak terduga seperti peralatan rusak atau penurunan penjualan. Kalau nggak punya cadangan dana, kamu bisa kelimpungan.

 

7. Waspadai Biaya Franchise

Ingat, bisnis franchise biasanya ada biaya tetap seperti royalti atau marketing fee. Jadi kamu harus pastiin uang masuk cukup buat nutup semua biaya itu dan tetap ada sisa keuntungan.

 

8. Manfaatkan Teknologi

Gunakan software akuntansi atau aplikasi keuangan buat bantu catat dan menganalisis arus kas kamu. Ini bikin kerja kamu lebih cepat, rapi, dan kamu bisa ambil keputusan bisnis dengan data yang jelas.

 

Intinya, ngatur arus kas dalam bisnis franchise itu soal disiplin dan konsistensi. Jangan cuma fokus jualan, tapi juga perhatikan aliran uangnya. Karena bisnis yang sehat bukan cuma yang laku keras, tapi juga yang keuangannya terjaga. Kalau arus kas lancar, bisnis bisa tumbuh dan bertahan lama.

 

Sumber Pembiayaan untuk Franchisee 

Kalau kamu tertarik buka bisnis franchise, hal pertama yang perlu dipikirin adalah: modalnya dari mana? Nah, franchise itu emang salah satu cara gampang untuk mulai usaha karena kamu tinggal ikutin sistem yang udah ada. Tapi tetap aja, butuh uang buat beli hak waralaba, sewa tempat, beli perlengkapan, dan gaji pegawai.

 

Tenang, buat kamu yang mau jadi franchisee (orang yang beli hak usaha franchise), ada beberapa pilihan sumber pembiayaan yang bisa kamu pertimbangkan. Yuk, kita bahas satu per satu dengan bahasa santai!

 

1. Dana Pribadi

 

Ini yang paling simpel. Kalau kamu udah nabung lama atau punya aset yang bisa dijual, kamu bisa pakai dana sendiri buat mulai usaha franchise. Keuntungannya, kamu gak punya beban utang. Cuma ya, risikonya juga lebih besar karena semuanya kamu tanggung sendiri. Tapi kalau kamu yakin sama bisnisnya dan dananya cukup, ini bisa jadi pilihan terbaik.

 

2. Pinjaman Bank

 

Ini sumber pembiayaan yang paling umum. Banyak franchisee yang ambil pinjaman dari bank untuk modal awal. Bank biasanya kasih pinjaman dengan bunga tertentu dan jangka waktu pelunasan. Kalau kamu punya riwayat kredit yang bagus dan rencana bisnis yang jelas, kemungkinan besar bank akan menyetujui pinjaman kamu. Bahkan, beberapa franchise besar sudah kerja sama dengan bank, jadi prosesnya bisa lebih gampang.

 

3. Kredit Usaha Rakyat (KUR)

 

Buat kamu yang tinggal di Indonesia, KUR bisa jadi pilihan yang oke. Ini program pemerintah yang bantu UMKM (termasuk franchisee) dapat pinjaman bunga rendah. Syaratnya juga nggak ribet-ribet amat, asal usahanya jelas dan punya prospek yang bagus. Cocok banget buat kamu yang baru pertama kali terjun ke dunia bisnis.

 

4. Investor atau Mitra Usaha

 

Kalau kamu punya teman, saudara, atau kenalan yang punya uang lebih dan tertarik sama ide bisnis kamu, ajak kerja sama! Kamu bisa tawarkan mereka jadi investor atau mitra usaha. Tapi ingat, bikin kesepakatan yang jelas ya, biar gak ada masalah ke depannya. Tulis semua hitam di atas putih, siapa yang keluarin modal, siapa yang pegang operasional, dan bagaimana bagi hasilnya.

 

5. Leasing atau Sewa Guna Usaha

 

Kalau kamu butuh alat atau perlengkapan (kayak mesin kopi, oven, atau kendaraan), kamu bisa pertimbangkan leasing. Jadi kamu gak perlu beli semua langsung, cukup sewa dengan sistem cicilan. Ini bisa bantu kamu ngatur arus kas di awal usaha.

 

6. Crowdfunding

 

Ini juga bisa jadi alternatif, walau belum terlalu umum buat franchise. Kamu bisa cari dana lewat platform crowdfunding, di mana banyak orang bisa ikut "patungan" untuk danai bisnis kamu. Biasanya butuh presentasi atau kampanye yang menarik biar orang tertarik ikut invest.

 

7. Dana dari Franchisor

 

Beberapa franchisor (pemilik merek franchise) punya program bantuan pembiayaan buat calon franchisee. Misalnya, mereka kasih keringanan bayar di awal atau bantu cariin partner pembiayaan. Jadi jangan ragu tanya langsung ke franchisor pas kamu tertarik beli franchise mereka.

 

Intinya, banyak jalan buat dapetin modal usaha franchise, tinggal pilih yang paling cocok sama kondisi kamu. Yang penting, hitung baik-baik berapa kebutuhan modalnya, dan rencanakan keuangan kamu supaya gak keteteran di tengah jalan. Jangan cuma mikir “yang penting jalan dulu”, tapi pikirin juga kemampuan bayar dan risiko jangka panjang.

 

Evaluasi Keuntungan dan ROI dalam Bisnis Franchise 

Dalam menjalankan bisnis franchise, penting banget buat kita tahu seberapa besar keuntungan yang kita dapat dan seberapa cepat modal yang kita keluarkan bisa balik. Nah, ini yang biasa disebut dengan evaluasi keuntungan dan ROI (Return on Investment). Evaluasi ini ibarat GPS yang bantu kita lihat arah dan hasil dari usaha yang kita jalankan.

 

Apa itu Keuntungan dan ROI?

 

Keuntungan adalah selisih antara pendapatan dan biaya. Kalau kita jualan dan penghasilan lebih besar dari pengeluaran, berarti kita untung. Tapi kalau sebaliknya, ya berarti rugi. Sedangkan ROI adalah ukuran untuk tahu seberapa besar keuntungan dibanding modal yang sudah kita keluarkan. Misalnya, kita invest 100 juta, dan dalam setahun dapat untung 20 juta, berarti ROI kita 20%.

 

Kenapa Evaluasi Ini Penting?

 

Dalam bisnis franchise, kita biasanya sudah punya sistem dan brand yang jelas, tapi tetap aja penting buat ngecek apakah bisnis ini benar-benar menguntungkan. Evaluasi keuntungan dan ROI bisa bantu kita ambil keputusan, misalnya mau buka cabang lagi, ganti strategi pemasaran, atau malah menutup bisnis kalau ternyata nggak balik modal.

 

Cara Evaluasi Keuntungan

 

Pertama-tama, kita harus tahu berapa penghasilan bersih setiap bulan. Ini bisa dihitung dari total penjualan dikurangi semua biaya, seperti sewa tempat, gaji karyawan, biaya bahan baku, hingga biaya royalti ke pemilik franchise. Setelah itu, baru deh bisa kita hitung rata-rata keuntungan per bulan atau per tahun.

 

Contohnya begini: 

- Penjualan bulanan: Rp50 juta 

- Biaya operasional (termasuk sewa, gaji, bahan baku): Rp35 juta 

- Biaya royalti dan lainnya: Rp5 juta 

- Keuntungan bersih: Rp10 juta 

 

Kalau begitu, dalam setahun bisa dapat sekitar Rp120 juta dari keuntungan bersih.

 

Cara Menghitung ROI

 

Setelah tahu keuntungan, kita bisa hitung ROI. Caranya cukup sederhana:

 

ROI = (Keuntungan Bersih / Total Investasi Awal) x 100%

 

Misalnya, total investasi awal kita buat buka franchise adalah Rp200 juta. Kalau keuntungan bersih setahun Rp120 juta, maka:

 

ROI = (120 juta / 200 juta) x 100% = 60%

 

Artinya, dalam satu tahun kita sudah balik 60% dari modal. Ini bisa dibilang bagus, karena ada kemungkinan modal balik dalam waktu kurang dari dua tahun.

 

Hal-Hal yang Mempengaruhi ROI

 

Ada beberapa hal yang bisa bikin ROI tinggi atau rendah, misalnya:

 

1. Lokasi – Tempat yang strategis biasanya bikin penjualan lebih tinggi.

2. Manajemen operasional – Semakin efisien kita mengelola biaya, semakin besar keuntungan.

3. Kualitas produk dan layanan – Kalau pelanggan puas, mereka bakal balik lagi dan rekomendasiin ke orang lain.

4. Promosi dan pemasaran – Promosi yang tepat sasaran bisa mendongkrak penjualan.

 

Evaluasi keuntungan dan ROI itu penting banget buat tahu apakah bisnis franchise kita berjalan baik atau tidak. Jangan hanya terpaku pada omzet besar, tapi lihat juga keuntungan bersih dan seberapa cepat modal bisa kembali. Dengan rutin melakukan evaluasi ini, kita bisa bikin keputusan bisnis yang lebih tepat dan nggak asal-asalan.

 

Intinya, bisnis itu bukan cuma soal jualan, tapi juga soal hitung-hitungan. Jadi, yuk biasakan evaluasi keuntungan dan ROI secara berkala supaya bisnis franchise kita makin mantap!

 

Peran Pemilik Franchise dalam Manajemen Keuangan 

Dalam bisnis franchise, peran pemilik franchise (franchisee) sangat penting, terutama dalam hal mengelola keuangan. Meski bisnis ini sudah punya sistem dan merek yang dikenal, tapi kalau urusan keuangannya nggak diatur dengan baik, tetap saja bisa rugi. Jadi, pemilik franchise harus paham dan terlibat langsung dalam manajemen keuangan agar usahanya bisa berjalan lancar dan untung.

 

1. Menyusun dan Mengawasi Anggaran

 

Sebagai pemilik franchise, kita harus punya anggaran atau rencana keuangan yang jelas. Ini seperti peta yang menunjukkan berapa uang yang keluar dan masuk setiap bulannya. Anggaran ini mencakup biaya sewa tempat, gaji karyawan, bahan baku, hingga biaya promosi. Dengan punya anggaran, kita bisa tahu apakah bisnis jalan sesuai rencana atau malah boros.

 

Selain itu, anggaran juga perlu diawasi secara rutin. Jangan sampai ada pengeluaran yang nggak perlu atau pendapatan yang nggak sesuai target, tapi kita nggak sadar. Pemilik franchise harus rajin mengecek laporan keuangan setiap minggu atau setiap bulan supaya bisa ambil keputusan cepat kalau ada masalah.

 

2. Mengatur Arus Kas (Cash Flow)

 

Salah satu kesalahan yang sering terjadi di bisnis franchise adalah nggak memperhatikan arus kas. Arus kas itu sederhana: berapa uang tunai yang masuk dan keluar dari bisnis kita. Kadang usaha kelihatan untung, tapi uang di kas kosong karena semua dipakai bayar tagihan. Akhirnya, kita kesulitan bayar gaji atau beli bahan baku.

 

Makanya, pemilik franchise harus tahu kapan uang masuk dari penjualan dan kapan harus bayar kewajiban. Dengan begitu, bisnis tetap lancar dan nggak sampai pinjam sana-sini.

 

3. Mengontrol Biaya Operasional

 

Dalam franchise, biasanya kita sudah diberi panduan dari pemilik merek (franchisor), termasuk cara menjalankan operasional. Tapi tetap saja, pemilik franchise punya tanggung jawab untuk mengontrol biaya operasional sehari-hari. Misalnya, kalau bahan baku terlalu banyak terbuang, itu artinya ada pemborosan.

 

Pemilik franchise harus jeli mencari cara supaya operasional lebih efisien. Bisa dimulai dari hal kecil, seperti mengatur jadwal kerja karyawan, mengecek stok barang secara berkala, atau menghemat listrik dan air. Semua penghematan kecil itu kalau dikumpulkan bisa berdampak besar ke keuangan bisnis.

 

4. Melapor dan Berkoordinasi dengan Franchisor

 

Sebagai franchisee, kita juga punya kewajiban untuk melapor ke franchisor. Biasanya laporan ini berupa laporan penjualan, keuntungan, atau pengeluaran tertentu. Ini penting karena franchisor ingin memastikan bisnis dijalankan dengan standar yang baik.

 

Selain itu, franchisor juga bisa kasih masukan atau bantuan kalau mereka melihat ada masalah dari laporan keuangan kita. Jadi, hubungan dan komunikasi yang baik antara pemilik franchise dan franchisor juga berpengaruh ke manajemen keuangan.

 

5. Menyisihkan Keuntungan untuk Pengembangan

 

Terakhir, pemilik franchise juga perlu bijak dalam memakai keuntungan. Jangan langsung dihabiskan untuk keperluan pribadi. Ada baiknya sebagian disisihkan untuk pengembangan usaha, seperti memperluas cabang, memperbarui alat kerja, atau pelatihan karyawan. Dengan begitu, bisnis bisa terus berkembang dan lebih tahan banting di masa depan.

 

Intinya, meskipun franchise sudah punya sistem dan merek yang mapan, tapi tanpa manajemen keuangan yang baik dari pemiliknya, usaha bisa jalan di tempat atau malah bangkrut. Jadi, peran pemilik franchise dalam mengelola keuangan sangat krusial demi kelangsungan dan kesuksesan bisnis.

 

Tantangan Keuangan dalam Bisnis Franchise 

Bisnis franchise memang sering dianggap lebih mudah dibanding bisnis yang dibangun dari nol. Soalnya, kita tinggal menjalankan sistem yang sudah ada dan nama brand-nya pun biasanya sudah dikenal orang. Tapi meskipun terlihat lebih simpel, bukan berarti bebas dari masalah, terutama soal keuangan. Justru, kalau tidak dikelola dengan baik, keuangan dalam bisnis franchise bisa bikin pusing juga.

 

Salah satu tantangan paling umum adalah biaya awal yang cukup besar. Saat memulai franchise, kita harus membayar franchise fee alias biaya waralaba kepada pemilik merek. Selain itu, ada juga biaya investasi awal seperti sewa tempat, perlengkapan, stok awal, hingga pelatihan. Kalau kita tidak punya modal yang cukup atau tidak mengatur keuangan dengan hati-hati, bisa-bisa bisnis belum jalan tapi uang sudah habis duluan.

 

Lalu, ada juga yang namanya biaya royalti. Biasanya setiap bulan kita harus membayar sekian persen dari omzet (pendapatan kotor) ke pemilik franchise. Nah, ini bisa jadi beban tersendiri. Misalnya, penjualan sedang turun karena musim sepi atau persaingan ketat, tapi royalti tetap harus dibayar. Kalau tidak diantisipasi dengan manajemen keuangan yang rapi, keuangan bisnis bisa terganggu.

 

Tantangan lainnya adalah pengeluaran operasional yang kadang tidak sesuai rencana. Biaya listrik, air, gaji karyawan, bahkan bahan baku bisa naik tanpa diduga. Apalagi kalau kita tidak rajin mencatat dan mengevaluasi keuangan setiap bulan, bisa-bisa kita tidak sadar kalau pengeluaran makin membengkak. Ini bisa menggerus keuntungan perlahan-lahan.

 

Belum lagi soal target penjualan dari pusat. Beberapa franchise punya aturan yang cukup ketat, misalnya harus capai target tertentu, harus ikut program promo pusat, dan sebagainya. Kadang, promo tersebut memang bisa meningkatkan penjualan, tapi di sisi lain bisa menambah beban biaya. Jadi perlu cermat dalam menghitung apakah strategi dari pusat benar-benar menguntungkan bagi cabang kita atau malah bikin tekor.

 

Selain itu, banyak pemilik franchise yang kurang memperhatikan arus kas. Mereka hanya fokus pada omzet besar, padahal yang lebih penting adalah berapa uang tunai yang benar-benar masuk dan bisa digunakan untuk operasional. Tanpa arus kas yang lancar, bisnis bisa macet, bahkan saat penjualan terlihat bagus sekalipun.

 

Terakhir, ada juga tantangan soal pengendalian keuangan. Karena sudah ada sistem dari pusat, kadang pemilik franchise merasa terlalu percaya diri dan kurang awas terhadap kondisi keuangannya sendiri. Padahal, walau sistemnya sudah jadi, tetap perlu kontrol dan perhitungan sendiri agar tidak terjadi kebocoran atau pemborosan.

 

Jadi, walaupun bisnis franchise memberi banyak kemudahan, tetap saja pengelolaan keuangan harus dilakukan dengan teliti. Pencatatan yang rapi, evaluasi rutin, dan perencanaan yang matang jadi kunci agar bisnis bisa bertahan dan berkembang. Intinya, jangan cuma andalkan nama besar brand-nya, tapi juga harus pintar mengelola keuangannya.

 

Studi Kasus: Franchise yang Sukses Mengelola Keuangan 

Mengelola keuangan dalam bisnis franchise itu penting banget. Soalnya, meskipun bisnisnya udah punya sistem yang jelas dari pusat (franchisor), tapi kalau kita sebagai pemilik franchise (franchisee) nggak bisa ngatur uang dengan baik, tetap aja bisa rugi. Nah, biar lebih jelas, yuk kita lihat satu contoh studi kasus franchise yang sukses dalam mengelola keuangannya.

 

Studi Kasus: Kedai Kopi "Ngopi Santai"

 

Kita ambil contoh franchise lokal bernama Ngopi Santai. Ini adalah kedai kopi yang awalnya buka di Bandung, dan sekarang udah punya puluhan cabang di kota-kota lain. Salah satu cabangnya yang ada di Yogyakarta bisa dibilang cukup sukses. Padahal awalnya mereka cuma buka dengan modal terbatas dan tempat yang nggak terlalu besar. Tapi, mereka bisa berkembang karena pintar dalam mengelola keuangan.

 

1. Punya Pencatatan Keuangan yang Rapi

 

Pertama, mereka disiplin banget soal pencatatan keuangan. Setiap uang yang masuk dari penjualan dan setiap pengeluaran sekecil apa pun dicatat dengan rapi. Mereka pakai aplikasi kasir digital yang bisa langsung menyimpan laporan harian, mingguan, sampai bulanan. Dari situ mereka bisa tahu pengeluaran mana yang perlu ditekan dan pemasukan mana yang bisa ditingkatkan.

 

2. Pisahkan Uang Pribadi dan Uang Bisnis

 

Kesalahan yang sering terjadi di bisnis kecil adalah mencampur uang pribadi dengan uang bisnis. Tapi tim di Ngopi Santai ini sadar akan pentingnya pemisahan itu. Mereka punya rekening khusus untuk bisnis dan semua transaksi dilakukan dari rekening tersebut. Jadi, keuangan bisnis tetap jelas dan nggak tercampur.

 

3. Bijak dalam Mengelola Biaya Operasional

 

Mereka juga pintar menekan biaya operasional. Misalnya, mereka lebih memilih supplier bahan baku yang harganya lebih stabil dan punya kualitas bagus, jadi nggak sering gonta-ganti. Selain itu, mereka juga mengatur jam kerja karyawan sesuai kebutuhan agar nggak boros bayar gaji lembur.

 

4. Punya Dana Cadangan

 

Bisnis pasti ada masa naik turunnya. Di Ngopi Santai, mereka selalu sisihkan sebagian dari keuntungan tiap bulan untuk dana darurat. Jadi, kalau sewaktu-waktu ada mesin kopi rusak atau penjualan turun karena musim hujan, mereka tetap bisa jalan tanpa panik.

 

5. Laporan Keuangan untuk Evaluasi dan Perencanaan

 

Setiap akhir bulan, pemilik franchise ini duduk bersama timnya untuk evaluasi. Mereka baca laporan keuangan, cek pengeluaran dan pemasukan, lalu bikin rencana ke depan. Misalnya, kalau bulan ini pengeluaran listrik naik, mereka cari cara hemat listrik bulan depan. Atau kalau ada menu yang kurang laku, mereka pertimbangkan untuk ganti.

 

Kesimpulan

 

Dari studi kasus Ngopi Santai ini kita bisa lihat kalau kunci sukses bisnis franchise bukan cuma karena mereknya terkenal, tapi juga karena manajemen keuangannya bagus. Dengan pencatatan rapi, pemisahan uang, pengaturan biaya, dan evaluasi rutin, bisnis bisa lebih tahan banting dan terus berkembang.

 

Jadi, buat kamu yang punya atau mau buka bisnis franchise, jangan lupa belajar dari contoh ini ya. Mengelola keuangan dengan baik itu bukan hal yang rumit kok, asal konsisten dan disiplin aja!

 

Kesimpulan dan Rekomendasi 

Mengelola keuangan dalam bisnis franchise sebenarnya mirip seperti ngatur keuangan rumah tangga, tapi skalanya lebih besar dan tanggung jawabnya juga lebih banyak. Dalam bisnis franchise, pengelolaan keuangan bukan cuma soal mencatat pemasukan dan pengeluaran, tapi juga soal bagaimana kita bisa membuat bisnis tetap sehat, berkembang, dan menghasilkan keuntungan secara konsisten.

 

Dari pembahasan sebelumnya, kita bisa simpulkan kalau kunci sukses mengelola keuangan franchise ada di beberapa hal penting. Pertama, kita harus punya perencanaan keuangan yang matang sejak awal. Mulai dari biaya awal beli franchise, modal kerja, biaya operasional, sampai proyeksi keuntungan dan pengembalian modal. Semua itu harus dihitung dengan teliti supaya gak salah langkah.

 

Kedua, pencatatan keuangan harus rapi dan teratur. Banyak pelaku bisnis yang bangkrut bukan karena bisnisnya jelek, tapi karena keuangannya gak jelas. Jadi, penting banget punya laporan keuangan yang lengkap dan bisa dibaca dengan mudah. Kalau bisa, pakai software akuntansi biar semua data keuangan bisa langsung terlihat real-time dan gak ribet.

 

Ketiga, kita juga perlu punya kontrol terhadap pengeluaran. Kadang kita tergoda buat ngeluarin uang lebih banyak karena merasa bisnis lagi bagus. Padahal, belum tentu itu langkah yang tepat. Maka dari itu, penting buat tetap disiplin dan tahu mana pengeluaran yang benar-benar penting dan mana yang bisa ditunda atau dihemat.

 

Keempat, jangan lupa soal pembayaran pajak dan kewajiban hukum lainnya. Franchise biasanya punya sistem yang lebih formal, jadi kita harus patuh sama aturan yang ada. Keterlambatan bayar pajak atau iuran ke pemilik merek bisa bikin kita dapat sanksi, dan ujung-ujungnya merugikan bisnis.

 

Lalu, kalau bisnis sudah jalan, kita juga harus terus memantau performa keuangan. Misalnya dengan rutin mengecek rasio keuangan, menghitung margin keuntungan, dan mengevaluasi apakah target sudah tercapai. Ini penting supaya kita tahu kapan harus ekspansi, kapan harus ngerem, atau kapan harus memperbaiki strategi.

 

Nah, sebagai rekomendasi, buat kamu yang baru atau sedang menjalankan bisnis franchise, ada beberapa hal yang bisa jadi pegangan:

 

1. Belajar dasar-dasar keuangan bisnis. Gak harus jadi akuntan, tapi minimal ngerti cara baca laporan keuangan dan tahu alur kas itu udah cukup banget buat ngambil keputusan.

 

2. Gunakan bantuan profesional. Kalau merasa gak yakin ngatur keuangan sendiri, gak ada salahnya minta bantuan ke konsultan keuangan, akuntan, atau pakai aplikasi keuangan yang bisa bantu mengelola bisnis kamu lebih efisien.

 

3. Bangun kebiasaan evaluasi rutin. Luangkan waktu tiap bulan buat lihat laporan keuangan, bandingkan dengan target, dan cari tahu apa yang perlu diperbaiki.

 

4. Selalu siapkan dana darurat. Dalam bisnis, hal tak terduga bisa terjadi kapan aja. Dengan punya dana cadangan, kamu bisa tetap tenang kalau ada kondisi darurat.

 

5. Terus belajar dan beradaptasi. Dunia bisnis itu dinamis, termasuk bisnis franchise. Jadi penting buat terus update pengetahuan dan siap menyesuaikan diri dengan perubahan.

 

Intinya, kelola keuangan itu soal kebiasaan dan kedisiplinan. Kalau dari awal kita sudah terbiasa ngatur uang dengan baik, bisnis franchise pun bisa jalan lebih lancar dan bertahan lebih lama. Semoga rekomendasi ini bisa bantu kamu buat makin yakin dalam menjalankan bisnis franchise!


Tingkatkan kinerja keuangan bisnis Anda dengan workshop "Smart Financial Map"! Daftar sekarang di www.smartfinancialmap.com dan kuasai strategi finansial cerdas untuk bisnis yang lebih sukses. Ambil langkah pasti menuju kesuksesan bisnis Anda hari ini!



Comments


PT Cerdas Keuangan Bisnis berdiri sejak 2023

© 2025 @Ilmukeuangan

bottom of page